Masranger.com – Harga Minyak di Antara Prospek The Fed dan Permintaan China. Harga minyak berkonsolidasi karena tarik-menarik prospek perlambatan laju suku bunga Fed dan penurunan permintaan China.
Minyak mentah dunia dibuka melemah di perdagangan Asia pada Selasa (25 / Oktober) setelah sempat melemah di awal pekan.
Minyak Brent saat ini bergerak di kisaran $92,41 per barel, sementara minyak WTI berada di kisaran $84,77 per barel. Masing-masing melemah dalam kisaran konsolidasi yang telah terbentuk sejak 18 Oktober.
Melemahnya harga emas hitam tidak lepas dari pengaruh permintaan China sebagai konsumen energi terbesar dunia. Pembatasan COVID yang diberlakukan oleh pemerintah China masih berdampak pada kegiatan ekonomi, terutama sektor belanja konsumen.
Baca Juga :
- Indecredibox Aplikasi Versi Terbaru 2022 Gratis
- Simak Spesifikasi Dan Harga Infinix Hot 20 5G
- Berikut Spesifikasi Dan Harga Hp Oppo A77s
Ini pasti memicu kecemasan tentang risiko penurunan permintaan minyak dari China. Di sisi lain, perlambatan aktivitas bisnis AS baru-baru ini dikonfirmasi oleh data PMI manufaktur yang jatuh ke zona kontraksi.
Data yang memburuk diperkirakan akan memberikan tekanan pada upaya Fed untuk terus menaikkan suku bunga secara agresif.
Karena perlambatan aktivitas bisnis di AS menunjukkan bahwa suku bunga yang tinggi sudah mulai dirasakan oleh pengusaha di sana.
Ini ditekankan oleh salah satu analis energi, Phil Flynn. Dia mengatakan bahwa kenaikan suku bunga yang agresif selama beberapa bulan terakhir telah menekan aktivitas bisnis dan layanan AS, sehingga ada kemungkinan bahwa Fed sedang mempertimbangkan untuk menurunkan agresivitas kenaikan suku bunga, yang merupakan sinyal positif untuk harga minyak.
Selain itu, kebijakan OPEC + untuk memangkas produksi minyak secara besar-besaran sejak awal Oktober masih mendukung harga minyak agar tidak jatuh lebih dalam.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh John Kilduff, yang bertindak sebagai mitra dana lindung nilai energi Again Capital di New York.
Menurut Kilduff, pasar tidak bereaksi terlalu jauh terhadap laporan China dan meredupkan prospek kenaikan suku bunga Fed karena kontraksi dalam aktivitas bisnis.
Satu-satunya katalis yang berpotensi menggerakkan pasar minggu ini adalah rilis data PDB AS kuartal ketiga pada hari Kamis.